Kamis, 07 Februari 2008

Mengejar Umur atau Dikejar Umur ?

Mengejar umur atau dikejar umur?
Seorang anak kecil bertanya kepada seorang penyair;
Penyair itu diam, anak itu pun tak menemukan jawabnya
Lalu anak itu bertanya kepada orangtuanya:
“Ayah, sebenarnya kita mengejar umur atau dikejar umur?”
Sang ayahpun diam, lalu kembali anak kecil itu tidak menemukan jawaban....
++++++++++

Waktu pun berlalu, duapuluh tahun kemudian sang anak kecil telah berubah menjadi seorang pemuda yang gagah
Pemuda itu kembali bertanya kepada sang penyair:
Mengejar umur atau dikejar umur?
Penyair itupun diam, pemuda itu belum menemukan jawabannya.
Lalu ia menanyakan pertanyaan yang sama kepada gurunya pertanyaan yang sama: mengejar umur atau dikejar umur?
Gurunya pun tidak bisa memuaskan hatinya.
+++++++++++

Duapuluh tahun pun berlalu sang pemuda telah matang di usianya, ia menjadi pria separuh baya
Kemudian pada suatu pemakaman ia bertemu dengan penyair itu.
Dan pria separuh baya itu menegur penyair itu:
“Wahai penyair, masih ingatkah engkau dengan aku?
Dengan pertanyaanku?
Mengejar umur atau dikejar umur?”
Sang penyair pun tertegun.
“Ketahuilah penyair!!!
Mengejar umur atau dikejar umur kedua-duanya tidaklah penting.
Tetapi terpenting adalah titik pertemuan dari mengejar umur atau dikejar umur:
Kematian.
Tidaklah penting apakah kita mengejar umur
Atau dikejar umur.
Tetapi yang perlu kita ketahui adalah semua orang dari kita pasti akan menghadapi titik pertemuan itu:

Kematian

Ya, kematian yang membuat kita berhenti untuk memikirkan mengejar umur atau dikejar umur.
Kematian pulalah yang mengakhiri masa bakti kita dimuka bumi…..
Terlebih dari itu, kita harus mempersiapkan bekal yang kita bawa ketika kita menuju titik pertemuan, kematian.
Sudahkah kita berbuat banyak bagi Sang Pencipta, ataukah kita hanya berleha-leha;
Sudahkah kita berbuat banyak bagi sesama, ataukah hanya ada sengketa?
Sudahkah kita menyenangkan hati Sang Khalik, ataukah kita membuatnya menangis;
Sudahkah kita menyenangkan hati sesama kita, ataukah kita membiarkan mereka mengerang dalam sengsara?
Wahai penyair telah kutemukan jawabnya.”

Pria separuh baya itu pergi meninggalkan sang penyair itu.


(pada perjalanan menuju Semarang, April 2001, dinspirasi oleh syair-syair Taufiq Ismail)


Tidak ada komentar: